Menurut perkiraan Bantur dibuka sekitar tahun 1830-an. Saat itu
masih hutan belukar yang belum bernama, tokoh yang membuka hutan dikenal dengan
nama Kyai Radiman, muslim taat sekaligus seorang tentara Pangeran Diponegoro
yang (sangat mungkin) bersembunyi dari kejaran kompeni setelah Pangeran
Diponegoro tertangkap setelah dipancing dari persembunyian oleh Kompeni dengan
cara di ajak berunding. Makam Kyai Radiman sampai sekarang masih ada di Jl. Kyai Radiman.
Daerah itu masuk dalam wilayah Bantur Tengah.
Menurut riwayat orang-orang tua-tua, Kyai Radiman tewas dibunuh
atas perintah kompeni dengan cara halus yaitu diadakan acara makan-makan, pihak
belanda mengiris semangka dengan sebilah pisau yang diolesi racun mematikan di
satu sisi dari pisau. Kyai Radiman tidak curiga atas beracunnya semangka karena
semangka di belah di depan mata, padahal pisau pembelah diolesi racun. Semangka
yang bersentuhan dengan sisi pisau beracun dihidangkan untuk Kyai Radiman,
sementara yang bersih dari racun dihidangkan ke pihak lingkaran belanda. Sedangkan nama desa Bantur sendiri berasal dari nama Banturono
(Mbah Bantur), anak dari Kyai Radiman.
Sedangkan seorang tokoh (yang saat ini ditulis tokoh tersebut
masih hidup) yang mengenal nama-nama teman sepelarian Kyai Radiman dan ke daerah
mana di wilayah Kabupaten Malang mereka sembunyi adalah Mbah Slamet, saat ini
tinggal sekitar 800 meter di utara Pasar Bantur.
Bantur saat ini mayoritas dihuni oleh keturunan jawa dan sebagian
keturunan madura. Di Kecamatan ini terdapat wahana wisata Pantai Balekambang
dan Kondang Merak.
Sebelum Tahun 1832 Desa Bantur khususnya dan Kecamatan Bantur pada
umumnya adalah kawasan hutan belantara yang belum terjamah oleh tangan-tangan
manusia, dengan kondisi alam yang berbukit-bukit hal ini disebabkan karena Desa
Bantur termasuk jalur pegunungan Kendeng.
Di Tahun 1830 perlawanan Pangeran Diponegoro dapat dipatahkan oleh
Pemerintah Hindia Belanda dengan akal liciknya berkedok perundingan Pangeran
Diponegoro ditangkap dan dibuang ke Ujung Pandang (dulu Makasar) dipatahkan
oleh Belanda. Sehingga banyak prajurit-prajurit Pangeran Diponegoro yang
melarikan diri.
Diantara Prajurit andalan Beliau, antara lain :
1.
Kyai Radiman, asal Mataram (Yogyakarta)
2.
Kyai Duldjalal asal Mataram (Yogyakarta)
3.
Kyai Duldjalil asal Mataram (Yogyakarta)
4.
Kyai Darsa asal Mataram (Yogyakarta)
5.
Kyai Dema asal Mataram (Yogyakarta)
Kelima orang pepmimpin ini dibawah pimpinan Kyai Radiman mencari
tempat yang cocok untuk melindungi diri dari kejaran pemerintah Hindia Belanda
serta dapat digunakan untuk pemukiman baru sebagai pedesaan bagi pengikutnya. Mereka hijrah dari Mataram kearah Timur + 2
Tahun, di Tahun 1832 beliau telah menemukan tempat diinginkan sejak itulah
dimulai pembabatan hutan untuk dijadikan Pedesaan.
Di Tahun 1840 pembabatan hutan yang dilakukan oleh Kyai Radiman
beserta pengikutnya tersebut dapat diketahui oleh Pemerintah Hindia Belanda
yang berkedudukan di Malang, sehubungan dengan itu Bupati Malang datang dengan
Polisi Hindia Belanda akan mengadakan penangkapan, mendengar pengikut Kyai
Radiman merasa cemas dan memohon kepada beliau untuk tampil sebagai pemuka atas
kedatangan Bupati Malang, sebagai jawaban Beliau kepada pengikutnya ; “ ojo
kuatir mengko ingsun kang ngembani catur “ (jangan kawatir nanti saya yang
bertanggung jawab ).
Diluar dugaan pada waktu kedatangan Bupati Malang ke lokasi dan
bertemu Kyai Radiman selaku pimpinan Desa dan mengadakan wawancara, terjadi
perubahan sikap yang diambil oleh Beliau karena menurut penilain pembabatan
hutan yang dilaksanakan tidak merupakan daerah pertahanan, tetapi merupakan
pedesaan yang cukup teratur,maka beliau menyatakan bahwa perlu adanya suatu
Pemerintahan Desa serta menyarankan dan menunjuk Kyai Sontani ( pengikut Kyai Radiman
) menjadi kepala Desa yang pertama, karena merasa dsirinya seorang buronan /
pelarian dengan cara halus Kyai Sontani menolak tetapi Bupati Malang dengan
peretujuan Kyai Radiman memutuskan danme3netapkan Kyai Sontani sebagai
Kepala Desa yang pertama.
Atas pertanyaan Bupati Malang kepada Kyai Radiman tentang nama
Desa tersebut,jawab Kyai Radiman : ”Desa Bantur yang mempunyai arti, Ngembani Catur.
Sejak itulah ditetapkan Desa ini bernama Desa Bantur dengan Kepala Desa pertama
ditetapkan pula oleh Bupati Malang yakni Kyai Sontani.
0 opmerkings :
Plaas 'n opmerking