Woensdag 05 Junie 2013

   Menurut perkiraan Bantur dibuka sekitar tahun 1830-an. Saat itu masih hutan belukar yang belum bernama, tokoh yang membuka hutan dikenal dengan nama Kyai Radiman, muslim taat sekaligus seorang tentara Pangeran Diponegoro yang (sangat mungkin) bersembunyi dari kejaran kompeni setelah Pangeran Diponegoro tertangkap setelah dipancing dari persembunyian oleh Kompeni dengan cara di ajak berunding. Makam Kyai Radiman sampai sekarang masih ada di Jl. Kyai Radiman. Daerah itu masuk dalam wilayah Bantur Tengah.

    Menurut riwayat orang-orang tua-tua, Kyai Radiman tewas dibunuh atas perintah kompeni dengan cara halus yaitu diadakan acara makan-makan, pihak belanda mengiris semangka dengan sebilah pisau yang diolesi racun mematikan di satu sisi dari pisau. Kyai Radiman tidak curiga atas beracunnya semangka karena semangka di belah di depan mata, padahal pisau pembelah diolesi racun. Semangka yang bersentuhan dengan sisi pisau beracun dihidangkan untuk Kyai Radiman, sementara yang bersih dari racun dihidangkan ke pihak lingkaran belanda. Sedangkan nama desa Bantur sendiri berasal dari nama Banturono (Mbah Bantur), anak dari Kyai Radiman.
    Sedangkan seorang tokoh (yang saat ini ditulis tokoh tersebut masih hidup) yang mengenal nama-nama teman sepelarian Kyai Radiman dan ke daerah mana di wilayah Kabupaten Malang mereka sembunyi adalah Mbah Slamet, saat ini tinggal sekitar 800 meter di utara Pasar Bantur.
Bantur saat ini mayoritas dihuni oleh keturunan jawa dan sebagian keturunan madura. Di Kecamatan ini terdapat wahana wisata Pantai Balekambang dan Kondang Merak.
    Sebelum Tahun 1832 Desa Bantur khususnya dan Kecamatan Bantur pada umumnya adalah kawasan hutan belantara yang belum terjamah oleh tangan-tangan manusia, dengan kondisi alam yang berbukit-bukit hal ini disebabkan karena Desa Bantur termasuk jalur pegunungan Kendeng.
Di Tahun 1830 perlawanan Pangeran Diponegoro dapat dipatahkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan akal liciknya berkedok perundingan Pangeran Diponegoro ditangkap dan dibuang ke Ujung Pandang (dulu Makasar) dipatahkan oleh Belanda. Sehingga banyak prajurit-prajurit Pangeran Diponegoro yang melarikan diri.
Diantara Prajurit andalan Beliau, antara lain :
1.      Kyai Radiman, asal Mataram (Yogyakarta) 
2.      Kyai Duldjalal asal  Mataram (Yogyakarta) 
3.      Kyai Duldjalil asal Mataram (Yogyakarta) 
4.      Kyai Darsa asal Mataram (Yogyakarta) 
5.      Kyai Dema asal Mataram (Yogyakarta) 
    Kelima orang pepmimpin ini dibawah pimpinan Kyai Radiman mencari tempat yang cocok untuk melindungi diri dari kejaran pemerintah Hindia Belanda serta dapat digunakan untuk pemukiman baru sebagai pedesaan bagi pengikutnya. Mereka hijrah dari Mataram kearah Timur + 2 Tahun, di Tahun 1832 beliau telah menemukan tempat diinginkan sejak itulah dimulai pembabatan hutan untuk dijadikan Pedesaan.
    Di Tahun 1840 pembabatan hutan yang dilakukan oleh Kyai Radiman beserta pengikutnya tersebut dapat diketahui oleh Pemerintah Hindia Belanda yang berkedudukan di Malang, sehubungan dengan itu Bupati Malang datang dengan Polisi Hindia Belanda akan mengadakan penangkapan, mendengar pengikut Kyai Radiman merasa cemas dan memohon kepada beliau untuk tampil sebagai pemuka atas kedatangan Bupati Malang, sebagai jawaban Beliau kepada pengikutnya ; “ ojo kuatir mengko ingsun kang ngembani catur “ (jangan kawatir nanti saya yang bertanggung jawab ).
    Diluar dugaan pada waktu kedatangan Bupati Malang ke lokasi dan bertemu Kyai Radiman selaku pimpinan Desa dan mengadakan wawancara, terjadi perubahan sikap yang diambil oleh Beliau karena menurut penilain pembabatan hutan yang dilaksanakan tidak merupakan daerah pertahanan, tetapi merupakan pedesaan yang cukup teratur,maka beliau menyatakan bahwa perlu adanya suatu Pemerintahan Desa serta menyarankan dan menunjuk Kyai Sontani ( pengikut Kyai Radiman ) menjadi kepala Desa yang pertama, karena merasa dsirinya seorang buronan / pelarian dengan cara halus Kyai Sontani menolak tetapi Bupati Malang dengan peretujuan  Kyai Radiman memutuskan danme3netapkan Kyai Sontani sebagai Kepala Desa yang pertama.
    Atas pertanyaan Bupati Malang kepada Kyai Radiman tentang nama Desa tersebut,jawab Kyai Radiman : ”Desa Bantur yang mempunyai arti, Ngembani Catur. Sejak itulah ditetapkan Desa ini bernama Desa Bantur dengan Kepala Desa pertama ditetapkan pula oleh Bupati Malang yakni Kyai Sontani.

0 opmerkings :

Plaas 'n opmerking