Donderdag 06 Junie 2013




PEMERINTAHAN  DESA
  1. Tahun 1832 – Sebagai sesepuh dan pemimpin babat / cikal bakal Desa Bantur,sekaligus pemberi nama Desa Bantur adalah  Kyai RADIMAN yang hingga saat ini  tetap di hormati  dan dikeramatkan oleh warga Desa atas jasa-jasa Beliau sebagai pendiri Desa Bantur dan Desa – desa disekitarnya. Perlu diketahui sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasih masyarakat kepada Beliau ini dibuktikan dengan suatu anggapan bahwa makam Beliau itu Keramat, hal ini dapat dilihat pada waktu hari Kamis Kliwon malam Jum’at Legi banyak warga Desa Bantur dan sekitarnya bahkan penduduk dari luar Kecamatan Bantur yang datang ke Makam Kyai Radiman untuk melakukan Jarah, menepi (Semedi) atau mengadakan selamatan.
  2. Tahun 1840 – 1853 Kyai Sontani (Kepala Desa Bantur yang pertama). Atas persetujuan Kyai Radiman, Bupati Malang memutuskan dan menetapkan Kyai Sontani menjadi Kepala Desa Bantur yang Pertama. Selama 13 Tahun menjabat sebagai Kepala Desa Kyai Sontani dengan didampingi Kyai Radiman selaku sesepuh Desa mengadakan penataan Pemerintahan Desa dan Pembangunan.
  3. Tahun 1853 – 1867 Kyai Dema (Kepala Desa Bantur yang ke Dua). Sebagai pengganti Kyai Sontani sebagai Kepala Desa Bantur adalah Kyai Dema, pergantian pimpinan Pemerintahan Desa (Kepala Desa) pada waktu itu tidak dilakukan pemilihan oleh penduduk tetapi atas dasar penunjukan oleh sesep;uh Desa. Pada Pemerintahan Kyai Dema sebagai Kepala Desa Bantur banyak tercatat peristiwa penting dan perkembangan pembangunan, antara lain :
  1. Pada awal Pemerintahan Beliau sebagai Kepala Desa dikukuhkan dan ditetapkan nama Desa Bantur oleh Bupati Malang, serta merupakan Desa
  2. Perluasan areal pemukiman penduduk dan lahan pertanian diperluas, hal ini disebabkan banyaknya pendatang-pendatang baru yang ingin berdomisili di Desa Bantur, antara lain :
  • Atas prakarsa Kepala Desa dengan persetujuhan Kyai Radiman, Kyai Darso diperintahkan  memimpin pembabatan hutan kearah Barat dari Desa Bantur ternyata tempat yang baru itu kurang baik untuk pemukiman penduduk, kenyataannya setelah ditempati penduduk baru orangnya banyak  yang sakit-sakitan dan banyak pula yang meninggal dunia, sehingga oleh Kyai Radiman, Kyai Darso disuruh mundur dulu (bahasa jawanya) iki undurono disik dari kata undurono beralih menjadi Durno, untuk tidak dibabat dan hasil-hasil pembabatan Kyai Darso tersebut oleh Kyai Radiman diberi nama Dukuh Durmo (asal kata Durno). Setelah mengundurkan diri dari pembabatan tersebut Kyai Darso minta ijin kepada Kyai Radiman dan Kepala Desa Untuk pergi kearah Barat dari Desa Bantur.
  • Dan mengadakan pembabatan hutan sampai selesai, setelah menjadi Desa hingga sekarang terkenal dengan nama Sumbermanjing Kulon, Kyai Darso menetap di Sumbermanjing Kulon hingga akhir hanyatnya.
  • Pada Tahun 1859, segtelah 6 Tahun menjadi Kepala Desa Beliau kedatangan Tamu yang bernama Truno Semito asal Kudus, beragama Kristen yang menyatakan kepada Kepala Desa bahwa ia ingin berdomisili di Desa Bantur, atas saran dan petunjuk Kepala Desa Truno Semito disuruh babat kea rah selatan dari Desa Bantur, setelah menjadi pedesaan sampai sekarang terkenal Desa Wonorejo.
  • 4 Tahun kemudian tepatnya pada Tahun 1863 datang lagi seorang pemimpin agama Kristen bernama Tjakarias menghadap Kepala Desa, setelah menetap beberapa bulan dan kenal baik dengan Kepala Desa. Pada suatu waktu Tjakarias bertanya kepada Kepala Desa : “Apakah di Desa Bantur ada orang yang bernama Kyai Dema ?. Jawaban Kyai Dema : “Tidak ada.” Kyai Dema Tanya : “apa maksud saudara menanyakan dan mencari Kyai Dema”. Jawan Tjakarias : “orang yang bernama Kyai Dema itu sebagai Buron dan sedang dicari oleh Pemerintah Hindia Belanda”. Sehubungan dengan pertanyaan tersebut membuat Kepala Desa terkejut, sebab selama ini beliau mengaku dengan  nama Kyai Dema, sehingga, karena dirinya merasa sebagai pelarian beliau ke Bantur dengan bagian Selatan mendekati babatannya Truno Semito, dengan tujuan melindungi diri dengan membaurkan kegiatan turut memimpin agama Kristen dalam hal pendeta memaklumi atas usaha dan kemauannya sehingga beliau menyatakan kalau ada apa-apa atas diri Kyai Dema sanggup membela dan melindunginya.
  • Pada Tahun 1867 beliau mengundurkan diri sebagai Kepala Desa.
3.     Kyai Banturono (Kepala Desa Bantur yang Ketiga), Perlu kita ketahui bahwa Kyai Banturono adalah putra Kyai Radiman (putra Sulung), beliau ditetapkan menjadi Kepala Desa Bantur atas dasar tunjukan (mandat) dari sesepuh Desa. Selama kepemimpinan beliau dalam melaksanakan pemerintahan maupun pembangunan menunjukkan peningkatan, disamping itu ada tiga catatan peristiwa penting lainnya antara lain :
  • Atas perintah Kepala Desa, Saudaranya yang bernama Pak Semat dengan didampingi oleh Kyai Duldjalal disuruh babat ke sebelah Tenggara dari Desa Bantur, babat pertama disebut Pohkecik, kedua  Gombangan, ketiga Tumpakrejo dengan pedukuhan Pohkecih dan Gombangan.
  • Atas perintah Kepala Desa, Kyai Duldjalal bersama Kyai Abu Kaer disuruh babat sebelah Selatan Desa Bantur, pertama mereka babat hutan Guling dan sekarang hasil babatan tersebut disebut Desa Srigonco.

0 opmerkings :

Plaas 'n opmerking